Menu

Minggu, 25 Desember 2016

SELAMAT DATANG WAHAI NABIKU KEKASIH ALLAH SWT



A.   Kehadiran Sang Kekasih
Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan  dengan tanggal 20  April 571  Masehi.Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib wafat  saat  Nabi  Muhammad  saw.  masih berusia  6  bulan  di  dalam  kandungan  ibunya, Siti  Aminah. 
Saat  bayi,  Nabi  Muhammad saw. diasuh oleh Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad,  Kabilah  Hawazin.  Di  perkampungan bani  Saad  inilah  Nabi  diasuh  dan  dibesarkan sampai usia 5  tahun. Saat  Nabi  Muhammad  saw.  memasuki  usia  6  tahun,  ibunya  wafat.  Ia  pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthlib. Kakeknya adalah seorang pemuka Quraisy yang  sangat  disegani.  Nabi  Muhammad  saw.  mendapatkan  kasih  sayang  dan perhatian  yang  sangat  besar  dari  sang  kakek.  Sayang,  hanya  dua  tahun  Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi Muhammad saw. berusia 8 tahun.
Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.Sejak  diasuh  oleh  pamannya,  Nabi  Muhammad  saw.  berkembang  sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di  usianya  yang  baru  sepuluh  tahun  agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain  di  daerah  gurun  Mekah  yang  sangat panas  Ia  makan  dari  tumbuhan  liar  yang terdapat di gurun.Di  gurun  pasir  itulah  ia  menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab menjadikannya lebih matang dari pada usianya.Sang  paman  melihat  kecerdasan  dan  kematangan  keponakannya,  maka  pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan..
Nabi Muhammad  saw.  yang  masih  remaja  pun  turut  serta  dalam  pengelolaan  ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi Muhammad saw. mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya.
Ketika  kafilah  dagang  mereka  sampai  di  kota Basra  di  wilayah  Syria Besar, seorang  pendeta  terkenal  di  masa  itu,  Buhairah,  menghampiri  Abu  Thalib  dan mengatakan, “Aku mengenali anak muda ini sebagai  sosok  yang  kelak  akan  dinobatkan sebagai  rahmat  bagi  semesta  alam.  Hal  ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah  selanjutnya  menyarankan  kepada Abu  Thalib,  “Lindungi  anak  muda  ini dari  orang-orang  Yahudi,  lebih  baik  bawa ia  kembali  ke  Mekah.”  Abu  Thalib  pun menuruti saran pendeta tersebut.
Pada  usia  25  tahun,  Nabi  Muhammad saw. mulai ber  dagang sendiri tanpa bantuan pamannya.  Ia  mengambil  sendiri  barang dagangannya  dan  memasarkannya.  Ketika berdagang,  Nabi  Muhammad  saw.  sangat  jujur,  tidak  pernah  membohongi  para pembelinya.  Nabi  tidak  pernah  mengambil  keuntungan  yang  terlalu  besar,  selalu berkata sopan,  ramah, dan penuh kasih sayang. Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia berikut ini.
1.  Berpendirian teguh.
2.  Memiliki semangat kerja yang tinggi.
3.  Memiliki kejujuran yang luar biasa.
4.  Menjunjung tinggi am±nah atau kepercayaan yang diberikan orang lain.
5.  Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan.
6.  Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli.
7.  Memiliki sifat percaya diri.
8. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja.
Kejujuran,  perilaku  santun, kesopanan  berbicara,  kerja  keras, dan  kecerdasan  Nabi  Muhammad saw.  merebut  hati  setiap  orang, termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama ia  meminta  Nabi  Muhammad  saw. untuk memasarkan barang dagangannya  ke  Syria.  Hasilnya  luar  biasa. Itulah  yang  membuat  Siti  Khadijah tertarik dan akhirnya menikah dengan Nabi  Muhammad  saw.  Mereka dikaruniai  7  orang  anak,  yaitu:  Ibrahim,  Qasim,  Abdullah,  Zainab,  Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.
B.   Nabi Muhammad Saw. Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad saw. merasakan keresahan atas perilaku yang dialami oleh masyarakat  Arab  yang  sudah  jauh  dari  nilai-nilai  kebenaran.  Kemudian, Nabi Muhammad  saw.  melakukan uzlah (mengasingkan  diri)  di  Gua  Hira.  Hal  ini dilakukan  oleh  beliau  berkali-kali.  Maka  tepat  pada  tanggal  17 Ramadhan tahun ke-40  dari  kelahirannya,  Nabi  didatangi  Jibril  dan  menerima  wahyu  pertama Q.S.  al-Alaq/96: 1-5.
“Bacalah  dengan  (menyebut)  nama Tuhanmu  yang  menciptakan.  Dia  telah menciptakan  manusia  dari  segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia.  Yang  mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96: 1-5).
Wahyu  pertama  inilah  yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat Allah Swt. untuk menjadi utusan-Nya atau Rasul.
Setelah  wahyu  pertama  ini  Jibril  tidak  muncul  lagi  untuk  beberapa  lama, sementara  Nabi  Muhammad  saw.  terus  menantikan  wahyu  berikutnya  dan  selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S. al-Muddasir/74: 1-7.
“Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu. dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala  (perbuatan)  yang  keji.  dan  janganlah  engkau  (Muhammad)  memberi (dengan  maksud)  memperoleh  (balasan)  yang  lebih  banyak.  Dan  karena Tuhanmu,  bersabarlah.” (Q.S.  al-Muddasir/74:1-7).

C.   Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Mekah
Dengan  turunnya  wahyu  yang kedua,  yaitu Q.S.  al-Muddasir/74:1-7,  Rasulullah  saw.  mulai  berdakwah secara  sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang  yang  terdekat dengannya.  Tujuannya,  agar  mereka lebih  dulu  percaya  kepada  seruannya dan mengikutinya. Tempat yang beliau pilih  untuk berdakwah  adalah  rumah al-Arqam bin Abil Arqam al Akhzumi.
Orang-orang  yang  pertama  kali memeluk  Islam  atau  yang  dikenal as-Sabiqun  al-Awwalun,  Mereka  adalah  Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi  Talib, Zaid bin Harisah, dan Ummu Aiman. Selain  yang  tersebut  di  atas,  berkat  bantuan  Siti  Khadijah  dan  Abu  Bakar Siddiq, dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera beriman,  adalah :  Usman  bin  Affan, Zubair  bin  Awwam,  Abdurrahman  bin Auf,  Abdullah  bin  Mas’ud,  Ammar bin  Yasir,  Yasir  (bapak  ‘Amar),  Sa’id bin  Zaid,  Amir  bin  Abdullah,  Usman bin  Madlµn,  Qudamah  bin  Madlun, Abdullah bin Madlun, Khalid bin Sa’ad, Sa’ad  bin  Abi  Waqqas,  Thalhah  bin Ubaidillah,  Arqam  bin  Abil  Arqam, Ja’far  bin  Abi  Thalib,  Khabab  bin  Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary, Abµ Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), ‘Amir bin Sa’id, dan ‘Ubaidah bin Al-Haris.
Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar,  Asma  binti  Amies  (istri  Ja’far),  Ratimah  binti  Khattab,  Summiyah  (Ibu Ammar).
Setelah  Nabi  Muhammad  saw.  berdakwah  secara  sembunyi-sembunyi,  maka turunlah wahyu  yang ketiga, yaitu Q.S.  al-Hijr/15: 94-95:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).”(Q.S.  al-Hijr/15: 94-95).
Kemudian Nabi Muhammad saw.  menerima wahyu  lagi:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (Q.S. asy-Syuara/26: 214-215).
Setelah  Rasulullah  saw.  menerima  wahyu  tersebut,  beliau  mulai  berdakwah secara  terang-terangan.  Pertama-tama,  Nabi  mengumpulkan  seluruh  sanak keluarganya  di  kaki  Gunung ¢afa  untuk  mengajak  mereka  beriman  kepada  Allah Swt.  Akan  tetapi,  salah  seorang  pamannya,  Abu  Lahab,  bersikap  sinis  dan  tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.  
Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah  Rasul,  di  antaranya  mencoba  menyuruh  pamannya  Abu  Thalib  untuk menghentikan  dakwah  keponakannya  itu.  Namun,  Nabi  Muhammad  menolak  dan mengatakan,”Demi Allah, meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus  berdakwah  menyebarkan ajaran  Islam”.
Kegagalan kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa.  Seluruh  pengikut  Nabi  selalu  diancam  dan  diteror  agar  menolak  ajakan Nabi Muhammad saw.
Abu  Jahal,  paman  Nabi  Muhammad  saw.  menyewa  orang  Yahudi  untuk mengejek dan mencaci maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si Yahudi itu masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi. Setelah kafir Quraisy gagal melakukan tekanan,  mereka   menawarkan  harta benda,  wanita,  dan  pangkat  agar  Nabi mau  meninggalkan  dakwahnya.  Kaum Quraisy  mengutus  Utbah  bin  Rabiah untuk  menawarkan  hal-hal  tersebut. Utbah  mengatakan:  “Hai  Muhammad! Jika  kau  menginginkan  kekayaan, saya  sanggup  menyediakannya.  Jika kau  menginginkan  pangkat  yang tinggi,  saya  sanggup  mengangkatmu menjadi  raja.  Jika  kau  menginginkan seorang  wanita  cantik,  saya  sanggup mencarikannya  dengan  syarat  kau  berhenti  melanjutkan  dakwahmu.  Nabi Muhammad  saw.  tidak  tertarik  pada  tawaran  itu  dan  terus  berdakwah.
Setelah kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad Saw.  Bani  Muthallib,  dan  Bani  Hasyim.  Karena  pemboikotan  ini,  umat  Islam terkurung  di  celah-celah  kota  Mekah  bernama  Syiib.  Pemboikotan  berlangsung selama  tiga  tahun  dimulai  pada  tahun  ketujuh  kenabian.  Isi  pemboikotan  itu ditulis dalam selembar surat yang berisi:
1.  Kaum Quraisy  tidak akan menikahi orang Islam.
2.  Kaum Quraisy  tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam.
3.  Kaum Quraisy  tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
4. Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
5.  Kaum Quraisy  tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6.  Kaum  Quraisy  tidak  akan  menerima  permintaan  damai  dengan  orang  Islam dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang  pemboikotan  itu  digantung  di  dinding  Ka’bah. Penulisnya bernama  Manshur  bin  Ikrimah.  Setelah  tiga  tahun,  undang-undang  tersebut  rusak karena  dimakan  rayap.  Kemudian,  undang-undang  tersebut  dirobek  oleh  Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar